Flickr

Kisah Tongkat Nabi Musa A. S


Kisah Tongkat Nabi Musa


Akulah Tongkat Nabi Musa Itu

Musa melemparkanku, dan aku berubah menjadi ular yang nyata, Aku menelan tongkat dan tali yang disangka ular itu. Dan terakhir aku berdiri di hadapan para tukang sihir yang melongo karena heran dan sekaligus takut.

Aku adalah sebuah cabang pada sebatang pohon dikebun kerajaan di istana Fir’aun, penguasa Mesir waktu itu. Seorang pencari kayu memotong diriku dan aku dijadikan sebuah tongkat. Kemudian tongkat itu dibeli Musa, maka aku menjadi temannya berjalan kemana ia mengembara.

Aku adalah tanaman, kemudian aku berubah menjadi benda mati, namun aku juga menjadi salah satu tanda terbesar di antara tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Aku, bagi Nabi Musa adalah “tongkatku”. Tapi di sisi Allah, hakikatku adalah sesuatu yang benar-benar lain.

Permulaanku adalah sebatang pohon. Aku tidak ingin mengulang kisah Nabi Musa, sebab kalian semua sudah tahu. Namun aku akan bercerita tentang diriku ketika bersama Musa, khususnya ketika Allah memerintahkan kepada Musa untuk melemparkan diriku dihadapan Fir’aun. Sebab Fir’aun menantang Musa untuk membuktikan kebenaran risalah ilahi. 

Fir’aun menantang 
“Datangkanlah bukti itu jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” – QS Al-A’raf (7); 106.

Musa mundur dua langkah dan melamparkanku sebagi tongkat ke atas lantai. Penguasa Mesir itu mengira Musa mundur karena takut. Ia juga mengira bahwa tongkat itu terjatuh dari tangannya. Maka. Fir’aun tersenyum lebar.

Saat menyentuh tanah, aku berubah menjadi ular, Aku mulai melingkar, membuka mulutku, dan menjulurkan lidahku. Fir’aun benar-benar terkejut. Ia tertegun di tempatnya. Senyumnya langsung sirna. Tampak pada wajahnya ekspresi yang tidak pernah disaksikan para pejabat istana sebelumnya. Pucat.

Tak berapa lama, tangan Musa menjangkau diriku, dan kembali aku berubah menjadi tongkat.
Hammam. Pembantu Fir’aun, langsung sesumbar bahwa apa yang aku tunjukkan itu sebagai sihir belaka, dan mengatakan bahwa di Mesir banyak tukang sihir yang lebih ampih.

Musa sudah menjelaskan panjang lebar, tetapi mereka tetap kufur, sebab hati mereka sudah tertutup lumpur dosa.

Mereka menantang Musa, akan mendatangkan tukang sihir yang lebih lihai mengubah tongkat dan tali menjadi ular.

Maka tibalah pada hari yang ditentukan, , aku kembali dibawa Musa masuk ke istana Fir’aun.  Di hadapan kami sudah berdiri puluhan tukang sihir dengan peralatan mereka. 

Tukang-tukang sihir itu melampar lebih dulu tongkat dan tali yang berubah menajdi ular. 
Sebetulnya tongkat dan tali itu tetap saja tali bagiku, parra tukang sihir itu telah menyihir mata orang-orang yang berada di situ, sehingga tali yang mati itu berubah menjadi ular yang bergerak-gerak menyeramkan.

Allah yang Maha Kuasa, berfirman, 
“Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul. Lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya ukang sihir, Dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana pun ia datang.” – QS Thaha (20):68-69.



Ketulusan para Tukang Sihir

Kisah Tongkat Nabi Musa


Musa melemparkanku, dan aku berubah menjadi ular yang nyata. Aku menelan tongkat dan tali yang disangka ular itu.

Dan terakhir aku berdiri di hadapan para tukang sihir yang melongo karena heran dan sekaligus takut. Orang yang paling tua di a tara mereka bangkit dan berkata. “apakah yang kita lihat inii bukan sebuah sihir. 

Hal ini adalah tanda kebesaran dari Allah.

Para tukang sihir itu pun sujud, meeka berkata, 
“Kami beriman kepada Tuhannya Harun dan Musa.” -  QS Thaha (20):70.

Melihat hal itu, Fir’aun murka, sebab dia sebelumnya tidak pernah melihat para tukang sihir itu bersujud kepada Allah, 

dia berkata. 
“Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya hal ini adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini untuk mengeluarkan penduduknya darinya. Maka, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini). Demi, sesungguhnya aku akan  memotong tangan dan kakimu dengan bersilang . Kemudian, aku benar-benar akan menyalib kalian.”

Para tukang sihir itu menjawab,
“Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan, kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami.” (mereka berdoa)
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri.” – QS Al-A’raf (7): 123-126

Aku melihat ketulusan para tukang sihir itu, mereka telah melihat cahaya kebenaran Ilahi lewat perubahan diriku dari tongkat menjadi ular sejati. 

Memang hanya orang-orang yang berakalah agama itu dimengerti dengan sungguh-sungguh. Para tukang sihir itu tahu bahwa tongkat atau tali tidak akan berubah menjadi ular, kecuali Allah menghendaki hal itu.

Karena itulah, ketika diriku, yang sekadar sebatang tongkat, diubah Allah menjadi ular, sadarlah mereka akan kekuasaan Allah, mereka pun bersujud sekaligus bertaubat kepada Allah.

Meski sikap seperti itu tidak dikehendaki oleh fir’aun, dan mereka dibunuh sebagai syahid.

Kemenangan Musa dalam tanding ular di istana telah mempermalukan Fir’aun dan bala tentaranya. Musa dan pengikutnya sadar bahwa jiwa mereka terncam akan dibunuh, karena itulah mereka melarikan diri menjauhi istana.

Namun Fir’aun dan tentaranya terus saja mengejar, hingga Musa dan pengikutnya terdesak di tepi Laut Merah.

Kisah Tongkat Nabi Musa ( Laut Merah )


Allah mewahyukan kepada Musa untuk memkulkan diriku ke laut, maka terbelahlah laut itu dan Musa serta pengikutnya bosa melewatinya.

Fir’aun dan tentaranya terus mengejar. Namun apa yang terjadi? Mereka ditelan laut yang terbelah.

Ketika dilanda ombak dan nafas terakhir mereka sudah sampai tenggorokan, Fir’aun bertaubat kepada Allah, tetapi taubatnya ditolak, sebab sudah terlambat. 

Jibril AS berkata kepadanya.
“Apakah sekarang (baru kammu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” – QS Yunus (10): 91.

Aku dibawa Musa hingga ke Palestina, namun pada suatu hari, ketika Musa sudah tua, saat mendaki bukit, diriku terlepas dari genggamanya dan jatuh ke jurang yang dalam. Musa  telah berusaha mengambilku, tetapi ia tak kuasa untuk menuruni jurang yang curang. 
Karena itulah aku ditinggalkan sendiri di dalam kelembaban jurang yang dalam hingga aku tidak merasakan lagi tubuhku sudah menjadi lapuk dan menjadi rabuk bagi tanah.

Masya Allah kisah inspiratif kali ini, yakni kisah mengharukan tentang sejarah besar dari Nabiyullah Musa A.S, dimana Allah SWT memberikan tanda-tanda kebesaran-Nya, tujuannya yaitu tidak lain hanya menyuruh umat manusia agar senantiasa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

0 Response to "Kisah Tongkat Nabi Musa A. S"

Post a Comment